Mitos Safar Sebagai Bulan Bala & Sial

Langsa, Pustaka IAIN Langsa-Selasa(20/09/2022) Pada Masa Jahilliyah, bulan Shafar dianggap bulan yang mendatangkan bala, bencana dan berbagai hal buruk lainnya. Keyakinan negatif masa Jahilliyah itu ternyata masih banyak beredar di kalangan masyarakat Indonesia. Anggapan mengenai mitos bulan Safar penuh dengan bala dan bulan sial membuat berbagai perbuatan tathayyur* tertentu, seperti; Jika seseorang memiliki hajat seperti menikah, khitan, memulai bisnis, bepergian jauh dan lain sebagainya, mereka akan menundanya hingga bulan Shafar berakhir.

Allah membantah mereka semua. Dia menjelaskan bahwa yang menimpa mereka adalah hukuman dan makar Allah terhadap mereka. Sesungguhnya Allah menetapkan keburukan untuk mereka dikarenakan dosa-dosa mereka:

(قُلْ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ فَمَالِ هَؤُلاءِ الْقَوْمِ لا يَكَادُونَ يَفْقَهُونَ حَدِيثًا *مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ)

Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan sedikit pun? Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” [Quran An-Nisa: 78-79]

Menganggap Bulan Shafar sebagai bulan sial adalah pencelaan terhadap waktu yang sangat dimurkai Allah Ta’ala, sebagaimana disebutkan di dalam hadits berikut ini;

قالَ اللَّهُ عزَّ وجلَّ: يُؤْذِينِي ابنُ آدَمَ يقولُ: يا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فلا يَقُولَنَّ أحَدُكُمْ: يا خَيْبَةَ الدَّهْرِ فإنِّي أنا الدَّهْرُ، أُقَلِّبُ لَيْلَهُ ونَهارَهُ، فإذا شِئْتُ قَبَضْتُهُما

“Allah ‘azza wa jalla berfirman: manusia telah mencelaku ketika mereka mengatakan: duh ini waktu yang sial! Maka janganlah kalian mengatakan: duh ini waktu yang sial! Karena Aku adalah ad dahr. Akulah yang membolak-balikkan malam dan siang. Jika Aku ingin, maka Aku akan tahan keduanya” (HR. Muslim).

Oleh sebab itu, Nabi ﷺ menyanggah keyakinan itu karena sesungguhnya bulan Shafar sama seperti bulan pada umumnya, silahkan beraktifitas secara wajar dan menggelar kegiatan sebagaimana mestinya. Tidak ada nahas/apes yang dikaitkan dengan bulan tersebut. Turunnya musibah atau bencana, justru berkaitan dengan perbuatan manusia itu sendiri.

Rasulullah mengajarkan umat Islam untuk Optimisme agar umat optimis memandang masa depan dan berbuat kebaikan selama hidup di dunia ini. Rasulullah melarang umatnya merasa sial dengan melihat kejadian tertentu. Sebab merasa sial hanya akan mendatangkan Ketakutan. Padahal hanya Allah SWT yang dapat memberikan Manfaat dan Mudharat.

Selanjutnya, Nabi Muhammad Saw mengajarkan doa tatkala memasuki bulan baru, sebagai berikut;

اللَّهُمَّ أَدْخِلْهُ عَلَيْنَا بِالأَمْنِ وَالإِيْمَانِ، وَالسَّلَامَةِ وَالإِسْلَامِ، وَجِوَارٍ مِنَ الشَّيطَانِ، وَرِضوَانٍ مِنَ الرَّحمَنِ

Ya Allah, masukkanlah kami pada bulan ini dengan rasa aman, keimanan, keselamatan, dan Islam, juga lindungilah kami dari gangguan setan, dan agar kami mendapat rida Allah (Ar-Rahman). (HR. Al-Baghawi).

Sebagai orang yang beriman, sudah sepatutnya kita tidak takut dan sedih akan thiyarah*. Semoga Allah SWT menjaga kita semua dari kerusakan akidah akibat kelalaian maupun kebodohan diri kita. Aamiin. وَاللّٰهُ اَعْلَمُ بِالصَّواب

*Tathayyur atau menganggap sesuatu membawa sial adalah hal yang dilarang Allah Swt.

*Thiyarah adalah merasa bernasib sial atau meramal nasib buruk karena melihat burung binatang lainnya atau apa saja.