Abu Tumin Blang Bladeh: Ulama Kharisma Aceh

Langsa, Pustaka IAIN Langsa- Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un, Ulama karismatik Teungku Muhammad Amin atau lebih dikenal Abu Tumin Blang Blahdeh meninggal dunia. Abu Tumin wafat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Fauziah, Bireuen, Selasa (27/9/2022) sore. Abu Tumin wafat pada usia 90 tahun.

Abu Tumin merupakan pemimpin Pondok Pesantren Dayah Al Madinatuddiniyah Babussalam, Blang Bladeh, Bireuen. Kabar meninggalnya Abu Tumin beredar cepat di media sosial. Abu Tumin termasuk salah satu ulama paling berpengaruh di Aceh. Abu kerap dimintai pendapat oleh Pemerintah Provinsi Aceh mengenai hal-hal yang berkaitan dengan hubungan pemerintah dengan agama.

Mari sejenak kita simak perjuangan sosok ulama besar panutan ulama dan masyarakat Aceh dalam belajar mengajar ilmu hingga akhir hayatnya.

Dilansir dari postingan instagram Aceh Plus, Abu Tumin merupakan keturunan ulama yang lahir pada 17 Agustus 1932 di Gampong Kuala Jeumpa, Kecamatan Jeumpa, Bireun. Nama lahir Abu Tumin adalah Tgk H. Muhammad Amin. Ayahnya bernama Tgk H Mahmudsyah yang juga ulama dan pemuka masyarakat. Begitu juga dengan sang kakeknya, Tgk Hanafiah, juga merupakan seorang ulama dan pendiri dayah. Abu Hanafiah merupakan seorang guru agama di gampong Blang Dalam. Maka tidak mengherankan jika Abu Tumin telah dipersiapkan untuk menjadi seorang ulama yang paripurna oleh keluarga.

Abu Tumin sempat mengenyam pendidikan umum di Inlandsche Volkschool selama tiga tahun. Lalu berhenti sekolah karena masuknya jepang. Pasca Indonesia merdeka, Abu Tumin masuk sekolah Rendah Islam yang di masa itu merupakan sekolah berbasis agama. Sembari bersekolah, Abu Tumin kecil juga belajar ilmu-ilmu keislaman utamanya tentang dasar-dasar kitab kuning dan ilmu alat seperti Nahwu dan Sharaf secara langsung kepada ayahnya.

Perjalanan mengembara ilmu Abu Tumin dimulai sejak usia 15 Tahun, Destinasi pertamanya adalah Dayah Darul Atiq Jeunieb. Dayah yang dipimpin oleh Abu Muhammad Saleh yang merupakan ayah dari Abon Aziz Samalanga. Setelah belajar selama 3 bulan di Dayah Darul Atiq Jeunieb, lalu beliau hijrah ke dayah samalanga selama beberapa bulan. Selanjutnya Abu Tumin juga belajar di dayah Meuluem, samalanga selama satu tahun. Berikutnya belajar 3 tahun di dayah Pulo Reudeup yang dipimpin Teungku Muhammad Pulo Reudeup.

Setelah beberapa tahun menghabiskan masa belajar di Samalanga dan sekitarnya, Abu Tumin melangkah lebih jauh. Ia hijrah ke Aceh Selatan menuju dayah Darussalam Labuhan Haji. Berguru langsung dengan Syekh Abuya Muda Waly al-Khalidy. Abu Tumin masuk Darussalam saat usianya masih 20 tahun. tepatnya tahun 1953.

Di Darussalam, Abu Tumin langsung belajar di kelas Bustanul Muhaqqiqin. Kelas ini diasuh langsung oleh Abuya Muda Waly Al Khalidy. Adapun teman sekelasnya antara lain Abu Hanafi Matang Keh, Teungku Abu Bakar Sabil Meulaboh dan Abu Daud Zamzami Ateuk Anggok. Selain belajar kepada Abuya, Abu Tumin dipercaya untuk mengajar para santri lain pada tingkat Tsanawiyah. Abu Tumin belajar dan mengajar di Labuhan Haji selama 6 tahun.

Pada tahun 1959, Abu Tumin memohon izin kepada gurunya untuk mengabdikan ilmunya di kampung halamannya. Karenanya, semejak itu Abu tumin mengabdikan diri sebagai pimpinan Dayah Al Madinatuddiniyah Babussalam Blang Bladeh. Kecamatan Jeumpa, Kabupaten Bireun.

Pada era Abu Tumin, Dayah Blang Bladeh berkembang pesat dan mulai dikenal luas. Dalam perjalanannya, Abu tumin dikenal sebagai Lakan Abu Tumin Blang Bladeh. Adapun dua murid Abu Tumin yang terkenal adalah Alm Abu Mustafa Paloh Gadeng dan Abu Manan Blang Jruen.

Sebagai ulama besar yang ahli dalam bidang ilmu tauhid, Abu Tumin juga menguasai kitab Syarah Al-Hikam Karangan Syaikh ‘Ataillah As-Sakandari, Ahli Tharikat Al-Haddadiyah dan merupakan sosok yang berperan peranan penting dalam keberlangsungan umat islam di Aceh. Abu punya pengaruh besar dalam menyampaikan fatwa serta petuah untuk khalayak umum. Abu Tumin juga dianggap sebagai ulama panutan oleh para ulama lainnya. Keilmuwan yang didapatkan Abu merupakan proses panjang dalam belajar serta pengalaman-pengalaman yang luar biasa. Abu juga memiliki pengaruh besar dalam resolusi konflik dan proses perdamaian Aceh. Setiap kostestasi demokrasi, banyak mendatangi Abu Tumin untuk bersilahturahmi