HARBUKNAS TAHUN 2022, Ayo Membaca !!!

Langsa, Pustaka IAIN Langsa- Alquran merupakan pedoman hidup seluruh umat manusia. Alquran memuat aturan dan ilmu yang diperlukan untuk hidup di dunia yang harus dipegang teguh. Menurut jumhur ulama dalam buku Mabahits fi Ulum al-Qur’an karya Manna’ Khalil Qaththan, ayat pertama yang diturunkan kepada kepada Nabi Muhammad SAW adalah lima ayat dari surah Al‘alaq. Ayat pertama Di dalam ayat tersebut terdapat perintah kepada Nabi Muhammad SAW untuk membaca.

اِقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَۚ

“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (Q.S. Al’alaq [96]: 1).

Dalam Tafsir Al-Munir (30/hal. 316) disebutkan bahwa ayat di atas adalah perintah kepada Nabi Muhammad untuk menjadi seorang pembaca. Menurut Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah (15/hal. 454), kegiatan “membaca” di sini adalah kegiatan membaca yang tidak harus membutuhkan teks dan tidak pula harus terdengar oleh orang lain. Itulah mengapa makna “membaca” dalam ayat ini sangat luas. Berdasarkan ayat ini, para tokoh pendidikan Islam menyebutkan ayat ini adalah ayat pendidikan. Seperti yang dikemukan oleh Ahmad Tafsir dalam bukunya, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Pendidikan Islam (hal. 47), menyebut bahwa Alquran mulai diturunkan dengan ayat pendidikan. Sebab, dengan pendidikan lah akan dicapai segala bentuk kemajuan, bahkan ketaatan seorang hamba sekalipun.

Perintah membaca yang termaktub dalam Alquran tidak hanya berpengaruh pada kebahagiaan di dunia saja, tetapi kebahagiaan di akhirat juga mampu diraih dengan membaca. Semakin seseorang meningkatkan bacaannya, maka hal itu dapat membawa dia kepada kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat. Bahkan, fungsi akal yang dapat digunakan ketika membaca pun dapat menghindarkan seorang hamba dari neraka Allah Swt. Hal tersebut digambarkan dalam Alquran sebagai berikut:

وَقَالُواْ لَو كُنَّا نَسمَعُ أَو نَعقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصحَٰبِ ٱلسَّعِيرِ

“Mereka berkata; “Sekiranya kami mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu) niscaya tidaklah kami termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala” (Q.S. Almulk [67]: 10).

Begitulah pentingnya kegiatan membaca yang telah diungkapkan oleh Alquran. Oleh Karena itu, sudah semestinya kegiatan membaca kita jadikan kebiasan rutin yang wajib dilakukan setiap harinya.

Pembahasan mengenai membaca diatas berdasarkan pada perintah Allah SWT yang tercantum dalam Alqur’anul Karim sedangkan menurut Kamus Bahasa Indonesia (hal. 131), setidaknya ada lima arti membaca, yaitu; 1) melihat dan memahami apa yang tertulis, 2) mengeja atau melafalkan apa yang tertulis, 3) mengucapkan, 4) mengetahui dan 5) menduga; memperhitungkan; memahami.

Maka dapat disimpulkan membaca adalah kegiatan melihat tulisan bacaan dan proses memahami isi teks dari sumber informasi. Salah satu contoh dari sumber informasi yang pasti diketahui oleh masyarakat adalah Buku. Dilansir dari Baladena.id, Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Seiring dengan perkembangan dalam bidang dunia informatika, kini dikenal pula istilah e-book atau buku-e (buku elektronik), yang mengandalkan perangkat seperti komputer meja, komputer jinjing, komputer tablet, telepon seluler dan lainnya, serta menggunakan perangkat lunak tertentu untuk membacanya.

Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan informasi. Membaca adalah kegiatan transfer isi/ilmu yang tertulis dalam buku ke alam pikiran manusia. Sebuah buku mampu mengungkapkan sesuatu, menggambarkan seseorang dan menceritakan segudang sejarah dalam rangkaian kehidupan sehingga ada istilah buku adalah jendela dunia yang bisa memberikan banyak pengetahuan, inspirasi, serta pencerahan dalam kehidupan. Melalui buku, para pembaca mampu menjelajahi dunia tanpa harus keliling dunia. Melalui membaca buku mampu melahirkan  karya dan mengubah peradaban.

UNESCO (United Nations  Educational, Scientific and Cultural Organization) atau Organisasi  Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB merupakan badan khusus  PBB yang didirikan pada 1945 menetapkan hari buku sedunia jatuh pada tanggal 23 April 1995. Hari Buku Sedunia ditetapkan sebagai kepedulian terhadap minat membaca masyarakat di seluruh dunia. Hari Buku Sedunia juga bertujuan sebagai bentuk perhormatan kepada penulis-penulis terkenal dunia. Seperti Shakespeare, William Wordsworth, David Halberstam, Miguel del Cervantes dan Inca Garcilaso de la Vega yang meninggal pada 23 April. Meski telah ditetapkan oleh UNESCO bahwa 23 April merupakan Hari Buku Sedunia, namun beberapa negara juga menetapkan Hari Buku Dunia di tanggal yang berbeda seperti Irlandia, Swedia dan Inggris. Sedangkan di Indonesia, Hari Buku ditetapkan setiap tanggal 17 Mei. Penetapan 17 Mei sebagai Hari Buku Nasional tak lepas dari Menteri Pendidikan Nasional era Kabinet Gotong Royong masa kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri.

Sejarah Hari Buku Nasional di Indonesia

Hari Buku Nasional pertama kali dirayakan pada 17 Mei 2002 yang digagas oleh  Menteri Pendidikan, Abdul Mailik Fadjar. Tanggal 17 Mei sendiri dipilih karena merupakan hari berdirinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu pada 17 Mei 1980. Tujuan Abdul Malik Fajar saat itu menetapkan Hari Buku Nasional adalah untuk meningkatkan minat baca.

Dilansir melalui kompas.com dari laman website Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (18/6/2017), rata-rata Indonesia hanya mencetak 18 ribu judul buku setiap tahunnya. Jumlah tersebut jauh di bawah Jepang dengan 40 ribu judul buku per tahun atau China dengan 140 ribu judul buku per tahun. Tak hanya itu, dikutip dari laman Kementerian Dalam Negeri (23/3/2021), Indonesia berada di posisi ke-62 dari 70 negara perihal tingkat literasi. Posisi ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat literasi rendah. Adapun survei tersebut, dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang rilis pada 2019 oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD). Selain itu, menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia hanya 0,001 persen atau hanya ada 1 dari 1.000 orang yang rajin membaca. Data tersebut menempatkan Indonesia di peringkat terendah kedua versi UNESCO.

Dilansir dari laman website:https://www.kemdikbud.go.id Angka buta aksara di Indonesia terus mengalami penurunan setiap tahun seiring dengan terlaksananya berbagai strategi yang inovatif dan sinergi berbagai pemangku kepentingan. Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, menyampaikan bahwa pengentasan buta aksara berujung pada literasi yang mendorong individu untuk berpikir kritis. Menurutnya, sangat penting menjadikan literasi sebagai kompetensi esensial dalam dunia pendidikan.

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jumeri, mengatakan, Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, menunjukkan penurunan yang cukup signifikan pada jumlah penduduk buta aksara. Ia menyebut, persentase buta aksara tahun 2019 sebanyak 1,78 persen atau 3.081.136  orang, dan pada tahun 2020 turun menjadi 1,71 persen, atau menjadi 2.961.060 orang.

Keberhasilan pemerintah Indonesia dalam upaya penuntasan buta aksara ini tidak diraih dalam semalam. Proses yang telah dilalui diabadikan dalam berbagai penghargaan dari UNESCO, yakni King Sejong Literacy Prize tahun 2018, dan BASAbaliWiki tahun 2019 yang meraih penghargaan The Unesco Confucius Prize for Literacy. Selain itu, sejak akhir tahun 2019, pemerintah Indonesia dipilih sebagai Komite Pengarah Aliansi Global Literasi atau Global Alliance for Literacy (GAL) UNESCO, atas keberhasilan Indonesia memberantas buta aksara.

Perayaan Hari Buku Nasional sendiri diharapkan bisa mendongkrak semangat literasi masyarakat untuk terus membaca dan menambah wawasan. Oleh karena itu, Peringatan Hari Buku Nasional hari Selasa, tanggal 17 Mei 2022 juga merupakan HUT Perpustakaan Nasional. Dirgahayu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pada Perayaan yang ke-42 ini Perpustakaan Nasional mengusung tema ” Transformasi Perpustakaan Untuk Mewujudkan Ekosistem Digital Nasional“. Perayaan Hari Buku Nasional sendiri yaitu guna mendorong tumbuhnya budaya literasi, terutama minat baca dan menulis di kalangan masyarakat Indonesia dan semoga Perpustakaan Nasional RI Makin berjaya dan semoga literasi semakin meningkat sehingga Indonesia menjadi negara maju, Aamiin.

.