20 Buku Sejarah Muslim Terbaik di Dunia Part I

Langsa, Selasa(12/04/2022) Berdasarkan pada situs https://bookauthority.org/, terdapat 20 buku sejarah muslim terbaik. Namun sebelum kita melihat daftar buku tersebut, ada baiknya kita mengetahui seluk beluk situs book authority. Situs ini membantu pembaca menemukan buku-buku menarik dari banyak topik, seperti topik tentang bisnis, pemasaran, komputer, hingga sejarah dan budaya. Berikut ini 20 puluh judul buku sejarah muslim terbaik versi book Authority:

1. The Republic of Arabic Letters: Islam and the European Enlightenment (Alexander Bevilacqua, 2018)

Buku ini menapaktilasi kerja intelektual sekelompok sarjana Katolik dan Protestan di Eropa pada Era Pencerahan (sekitar Abad ke-18) dalam memahami peradaban Islam. Merekalah orang-orang pertama yang menerjemahkan secara akurat Al-Quran ke dalam bahasa-bahasa Eropa, memetakan cabang-cabang keilmuan dan kesenian Islam, serta menulis sejarah Islam dari sumber-sumber berbahasa Arab.

2. Lost Islamic History: Reclaiming Muslim Civilisation from the Past (Firas Alkhateeb, 2017)

Firas Alkhateeb, sejarawan jebolan University of Chicago, menyajikan narasi tentang sejarah Islam yang hilang. Buku ini mencoba menyelamatkan catatan tentang kontribusi yang terabaikan dari para pemikir, ilmuwan, teolog, negarawan, dan penguasa Muslim kepada peradaban. Periode waktu yang dibicarakan membentang sejak era Umayyah, Abbasiyah, Utsmaniyah, era Muslim di Spanyol, kerajaan-kerajaan sabana di Afrika, imperium Mughal, hingga penaklukkan Eropa atas wilayah-wilayah Muslim dan peran negara-bangsa modern di dunia Muslim.

3. Nahjul Balaghah (Imam Ali bin Abi Thalib, 1989)

Buku ini salah satu yang unik dalam daftar tersebut. Berbeda dengan buku-buku lain yang ditulis pemikir kontemporer, khotbah, surat, dan perkataan Imam Ali bin Abi Thalib ini dikumpulkan pada Abad ke-10 oleh seorang ulama bernama Sayyid Abul Hasan Muhammad bin Husain bin Musa, atau yang lebih dikenal dengan Asy-Syarif Ar-Radhi, di Baghdad. Sepanjang perjalanan kumpulan ini hingga kini, muncul beragam versi dengan jumlah khotbah, surat, dan perkataan yang sedikit berbeda-beda.

Sesuai dengan namanya, Nahjul Balaghah menunjukkan ketinggian bahasa Imam Ali. Karenanya, buku ini kerap dimasukkan ke dalam kategori kesusastraan—juga dipandang sebagai masterpiece dalam kesusastraan Islam. Meskipun begitu, khotbah, surat, dan perkataan Imam Ali dalam buku ini berisi pandangan menantu Nabi Muhammad itu tentang ideologi politik Islam, termasuk bagaimana dia menaruh perhatian besar kepada prinsip moralitas dalam politik.

Karena buku ini disusun 300 tahun setelah Ali wafat, tak sedikit ulama yang berupaya melacak orisinalitas isinya kepada Ali. Salah satu yang terkenal adalah upaya verifikasi oleh Ibn Abi Al-Hadid, seorang ulama Sunni pada Abad ke-13. Dalam karyanya, Syarh Nahjul Balaghah, Abi Al-Hadid sampai pada kesimpulan bahwa kumpulan ini benar berasal dari Ali bin Abi Thalib. Kesimpulan yang sama diperoleh Muhammad Abduh, pemikir Muslim pada Abad ke-20 yang juga seorang mufti di Mesir.

4. Letters to a Young Muslim (Omar Saif Ghobash, 2018)

Penulisnya, Omar Saif Ghobash, adalah seorang diplomat Uni Emirat Arab. Dia pernah menjadi duta besar di Rusia dan Perancis. Buku ini merupakan curahan berani dan intim Omar kepada anaknya tentang bagaimana menjadi Muslim di Abad ke-21. Pertanyaan utama Omar adalah bagaimana seorang pemuda Muslim dapat menemukan sebuah suara yang murni berasal dari Islam di tengah dunia modern, di tengah tarikan ekstremisme di satu sisi dan Islamofobia di sisi lain.

Buku ini dinilai berhasil memberi inspirasi bagi generasi muda Muslim untuk tetap setia kepada ajaran agama sementara pada saat yang sama menggauli kompleksitas dunia saat ini. Omar juga menyajikan pengalaman hidupnya yang tak banyak diketahui orang serta kisah kehidupan sehari-hari yang dihadapi Muslim di dunia yang dia saksikan.

Buku ini mendapatkan ulasan positif dari New York TimesChicago Review, dan New Statesman. Ia juga direkomendasikan oleh Amazon dan Bustle sebagai salah satu non-fiksi terbaik pada 2017.

5. The Myth of the Andalusian Paradise: Muslims, Christians, and Jews under Islamic Rule in Medieval Spain

Dalam buku ini, sejarawan Northwestern University asal Kuba, Darío Fernández-Morera, mencoba melawan argumen arus utama bahwa era kekuasaan Islam di Spanyol merupakan wajah “multikulturalisme” dan “toleransi” Muslim pada Abad Pertengahan. Bagi Darío, riwayat bahwa Muslim, Kristen, dan Yahudi hidup dalam harmoni pada masa “Al-Andalus” hanyalah mitos.

Dengan memanfaatkan sumber-sumber yang diabaikan para sejarawan dan bukti arkeologis yang baru digali, buku ini menyimpulkan bahwa “Al-Andalus” sama sekali bukanlah negeri “toleransi”. Terjadi represi atas nama agama terhadap umat Kristen dan kelompok agama lain pada masa itu, dan represi ini melayani kontrol sosial penguasa dan kelas agamawan autokratis.

Sebagian sejarawan memuji buku ini terutama karena keberanian penulisnya menampilkan narasi berbeda. Tapi, sebagian lainnya mengkritik buku ini, antara lain karena risetnya yang masih awal, organisasi penulisannya, dan kesimpulannya yang berstandar ganda.

Bersambung ke part II

Sumber: https://kutukata.id/2021/01/20/bukupedia/20-buku-sejarah-muslim-terbaik/