Rumoh Aceh adalah rumah tradisional masyarakat Aceh. Rumah ini memiliki ciri khas arsitektur yang mencerminkan budaya dan kearifan lokal masyarakat Aceh. Rumoh Aceh benbentuk panggung dengan 3 bagian utama yaitu seuramoë keuë (serambi depan), seuramoë teungoh (serambi tengah) dan seuramoë likôt (serambi belakang) dan 1 bagian tambahan yaitu rumoh dapu (rumah dapur). Atap rumah berfungsi sebagai tempat penyimpanan pusaka keluarga. Berikut adalah beberapa karakteristik utama dari Rumoh Adat Aceh:

Arsitektur dan Struktur

  1. Bentuk Rumah: Rumoh Adat Aceh berbentuk rumah panggung, dengan tiang-tiang tinggi berjumlah 16, 24 atau 32 tiang. 16 tiang untuk rumah bertipe 3 ruangan, 24 tiang untuk rumah bertipe 5 ruangan dan 32 tiang untuk rumah bertipe 7 ruangan.
  2. Bahan Bangunan: Dinding rumah bermaterial papan keras dilengkapi dengan ukiran khas Aceh. alas rumah yang terbuat dari papan, papan-papan tersebut hanya disematkan begitu saja tanpa dipaku sehingga mudah dilepas dan memudahkan ketika pemandian jenazah karena air tumpah langsung ke tanah. 
  3. Atap: Atapnya bermaterial daun rumbia karena daun tersebut bersifat ringan dan memberikan efek sejuk. Selain itu struktur anyaman yang ditali dapat dipotong dengan mudah jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran.
  4. Ukiran: Banyak bagian dari rumah, terutama pada pintu, jendela, dan tangga, dihiasi dengan ukiran-ukiran khas Aceh yang memiliki nilai seni tinggi dan makna filosofis.

Fungsi dan Tata Letak

  1. Ruangan: Biasanya terdiri dari beberapa bagian utama, yaitu serambi depan (seuramoë keue), ruang tengah (rangkang), dan serambi belakang (seuramoë likot).
  2. Tangga: Tangga utama biasanya terletak di depan rumah dan jumlah anak tangganya selalu ganjil, yang diyakini memiliki makna keberuntungan.
  3. Kolong Rumah: Bagian kolong rumah sering digunakan untuk menyimpan alat-alat pertanian, bahan makanan, atau sebagai tempat bermain anak-anak.

Nilai Budaya

  1. Simbol Status Sosial: Rumah ini tidak hanya berfungsi sebagai tempat tinggal tetapi juga mencerminkan status sosial pemiliknya dalam masyarakat.
  2. Filosofi Hidup: Setiap elemen dalam Rumoh Adat Aceh mengandung makna filosofis yang berkaitan dengan kehidupan, agama, dan adat istiadat masyarakat Aceh. Berikut penjelasannya :
    • Tamèh merupakan tiang yang digunakan sebagai penyangga badan rumah. Dalam peribahasa Aceh, ada ungkapan “Kreueh beu beutoi kreueh, beu lagee kreueh kayèe jeuet keu tamèh rumoh; Leumoh beu beutoi leumoh, beu lagèe taloe seunikat bubông rumoh” yang artinya, jika keras, haruslah sekeras kayu tiang penyangga rumah; jika lentur, mesti selentur tali pengikat atap rumah. Hal ini bermakna hidup orang Aceh adalah teguh pendirian, tetapi tetap berhati lembut.
    • Tamèh raja atau tiang raja, merupakan tiang utama yang berada di sisi kanan pintu masuk. Disebut tiang raja karena ukurannya lebih besar dan posisinya berada di sebelah kanan. Tamsil terhadap tiang raja: “Kong titi saweueb seukukuh titi, kareuna adat adé raja” yang artinya jembatan kukuh karena ada tempat berpegang, kukuh adat karena adil raja.
    • Tamèh putroe atau tiang putri, merupakan tiang utama yang berada sisi kiri pintu masuk. Disebut tiang putri karena merupakan pasangan tiang raja dan posisinya berdampingan dengan tiang raja.
    • Keunaleueng tameh atau gaki tameh atau kaki tiang, merupakan alas tiang yang biasanya berasal dari batu sungai. Alas tiang ini berfungsi menyangga tiang kayu agar tidak masuk ke dalam tanah.
    • Rôk atau balok pengunci biasa. Sifatnya untuk menguatkan hubungan antar ujung setiap balok.
    • Tôi atau balok pengunci yang arahnya tegak lurus dengan rôk.
    • Bajoe atau pasak yang berfungsi menguatkan hubungan antara rôk dan tôi dalam pahatan pada batang taméh.
    • Peulangan yaitu tempat bertumpu dinding dalam (interior).
    • Kindang yaitu elemen tempat bertumpunya dinding luar (eksterior).
    • Aleue yaitu lantai yang terbuat dari papan berbilah kecil.
    • Ranté aleue yaitu elemen pengikat lantai yang biasanya terbuat dari rotan atau tali.
    • Lhue yaitu balok rangka untuk penyangga lantai.
    • Neuduek lhue, tempat bertumpu lhue
    • Bintéh disebut juga dinding.
    • Bintéh catô yaitu dinding catur, salah satu bentuk jalinan dinding.
    • Boh pisang yaitu papan kecil di atas kindang.
    • Tingkap disebut juga jendela. Jendela rumah Aceh dibuat ukuran kecil. Jendela utama ada pada sisi rumah.
    • Pintô disebut juga pintu.
    • Rungkha disebut juga rangka atap.
    • Diri merupakan tiang tegak kuda-kuda atap.
    • Bara panyang merupakan balok pengunci memanjang pada ujung taméh atas.
    • Bara linteueng merupakan balok pengunci melintang pada ujung taméh atas.
    • Geumulang atau geunulông merupakan balok gording atap.
    • Tuleueng rueng atau balok wuwung adalah tempat bersandar kaso pada ujung atas. Balok ini terbuat dari kayu ringan agar tidak memberatkan beban atap
    • Gaseue gantong disebut juga kaki kuda-kuda.
    • Puténg tamèh yaitu bagian ujung tiang yang dipahat, gunanya untuk menyambung balok.
    • Taloe pawai yaitu tali pengikat atap yang diikatkan pada ujung bui teungeut.
    • Bui teungeut yaitu potongan kayu sebagai penahan neudhuek gaseue.
    • Tulak angèn atau tulak angin, merupakan rongga tempat berlalu angin pada dinding sisi rumah yang berbentuk segitiga pada dinding sisi rumah yang berbentuk segitiga.
  3. Upacara dan Tradisi: Pembangunan Rumoh Adat Aceh sering melibatkan upacara adat dan ritual tertentu yang melibatkan seluruh anggota masyarakat sebagai bentuk gotong royong dan kebersamaan.

Rumoh Adat Aceh merupakan warisan budaya yang sangat berharga dan menjadi simbol identitas masyarakat Aceh. Keberadaannya hingga kini masih dapat dilihat di beberapa daerah di Aceh, meskipun sudah banyak yang mengalami renovasi dan adaptasi dengan kebutuhan zaman modern.

Gallery Library Aceh Culture menampilkan rumah Adat Aceh yang asli melalui rekaman video. Rumah Adat ini terletak di Taman Hutan Kota Langsa dan Video dapat dilihat di bawah ini.