Permainan Catoe Rimueng

Cato Rimueng atau Catur Harimau kerap dimainkan di waktu senggang di kampung-kampung Aceh dulunya, pernah dipakai Belanda untuk memburu Pahlawan Nasional, Teuku Umar. Bagi generasi X atau mereka yang lahir pada 1965-1980 maupun generasi sebelumnya, pasti tahu permainan ini. Permainan ini gampang-gampang susah, dengan pola garis lintang, bujur dan miring dibuat di atas papan kecil atau tripleks. Bidaknya hanya batu atau rumah keong yang berwarna hitam dan putih. Pemainnya dua orang, satu memegang bidak harimau dengan warna hitam dan satu lagi menggunakan bidak kambing dengan warna putih. Harimau hanya dua, kambing banyak. Dalam permainan, harimau berhak melompati kepungan kambing yang berusaha menutupi jalannya. Melompat bisa ke kiri, kanan maupun miring ke segala arah, dengan syarat bidak penutupnya harus ganjil, satu-tiga-lima dan seterusnya. Jika harimau mampu ‘memakan’ semua kambing dalam lompatannya, maka dia menang. Tetapi jika kambing berhasil menutup jalan harimau, maka kambing yang menang. Permainan normal biasanya berakhir dalam sepuluh menit. Dan untuk adil, maka kedua pemain berganti posisi dari memainkan kambing dan memainkan harimau bergantian.

Sumber: https://acehkini.id/kisah-permainan-cato-rimueng-dalam-siasat-belanda-memburu-teuku-umar/

Permainan Tarek Situek

    Tarek situek dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai tarik pelepah pinang. Ini adalah salah satu permainan tradisional dari Nanggroe Aceh Darussalam. Cara bermain tarek situek yaitu dengan cara menarik pelepah pinang yang diletakkan di atas pasir atau tanah oleh dua kelompok atau lebih yang saling berhadapan. Satu kelompok terdiri dari dua orang pemain. Ada pemain yang menarik pelepah dan yang duduk di pelepah. Semua kelompok berdiri di belakang garis batas. Setelah wasit menyatakan permainan dimulai, maka para pemain dari tiap kelompok akan menarik pelepah pinang menuju satu titik di depan. Sesampainya di titik tersebut, pemain kembali berbalik arah menuju garis start. Pemenangnya permainan ini adalah kelompok yang berhasil mencapai garis finish paling awal. Permainan tradisional tarek situek memiliki banyak manfaat, di antaranya mengajarkan kekompakan, kerja sama, gotong royong, sampai kepemimpinan.

    Sumber: https://www.anakbisa.com/kb/tarek-situek-permainan-tarik-pelepah-pinang-dari-aceh/

    Permainan Geulayang Tunang

      Geulayang Tunang terdiri dari dua kata yaitu geulayang yang berarti layang-layang dan tunang yang berarti pertandingan. Jadi geulayang tunang adalah pertandingan layang-layang atau adu layang yang diselenggarakan pada waktu tertentu. Permainan ini dipercaya sebagai warisan endatu (nenek moyang). Tidak ada sejarah tertulis yang menjelaskan tentang asal-usul permainan ini.

      Jenis-Jenis Geulayang:

      1. Geulayang Maco (geulayang yang biasa dimainkan sehari-hari oleh anak-anak Aceh. bentuknya sederhana menyerupai eungkot maco, ikan berkepala runcing dan ekor panjang. Layangan jenis ini mudah dibuat sendiri oleh anak-anak berbekal lidi dan kantong plastik bekas atau kertas minyak. Kelemahannya, karena bahannya yang lebih sederhana, geulayang maco tidak dapat terbang terlalu tinggi. Daya Tahannya terhadap terpaan angin kurang maksimal.

      2. Geulayang Kleueng (Jenis layang-layang yang paling dikagumi. Kleueng berati elang, bentuknya menyerupai elang yang terbentang sayapnya. Oleh karena itu geulayang kleueng juga disebut geulayang sayeuep. Geulayang jenis ini dibuat sebagai geulayang tunang, layangan yang dipertandingkan. Oleh karena itu jenis layangan ini dibuat secara khusus oleh ahlinya untuk menghasilkan layangan terbaik.

      Pembuat layangan harus memenuhi beberapa syarat standar agar nantinya layangan mampu terbang tinggi secara vertikal sejajar kepala). Layangan Aceh terdiri dari 5 bagian utama yaitu: – Kepala (seurungguk) – Sayap (sayeuep) – Tulang punggung (tuleueng rhueng) – Tulang pinggang (tuleueng keuing) – Ekor (capeng) Ungkapan lokal yang sering dipakai untuk menentukan ukuran layangan adalah: “seurunggok siteungoh capeng, tuleueng rhueng dua go capeng, panyang keuing sa ngon capeng” (kepala setengah ekor, punggung dua kali ekor, panjang pinggang setara sekor). Musim geulayang adalah masa setelah panen sampai datangnya masa tanam berikutnya atau biasa disebut dengan luah blang, tepatnya ketika seluruh hasil panen telah diangkut dari areal sawah. Pada masa itu areal persawahan tampak seperti tanah lapang yang sangat luas.

      (Sumber: https://budaya-indonesia.org/Geulayang-Tunang-1)

      Sumber: https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbaceh/geulayang-permainan-rakyat-lintas-usia-sarat-nilai/

        Permainan Geudeu-Geudeu

        Geudeu-geudeu (atau disebut juga deudeu) adalah salah satu seni bela diri tradisional rakyat Pidie/Pidie Jaya. Seni bela diri ini seperti gulat yang dimainkan oleh kaum laki-laki. Satu tim terdiri dari 3 orang. Biasanya geudeu-geudeu ini dipertandingkan antar kampung, diadakan setiap selesai panen padi.

        Sejarah Kisah kelahiran geudeu-geudeu berawal dari usaha mengasah ketahanan mental dan jiwa laskar kerajaan. Karena sangat berbahaya, olahraga keras ini tidak pernah memperebutkan juara, karena bisa berakibat fatal. Di Pidie dan Meureudu, dahulunya ketika masa luah blang (pascapanen) atau saat bulan purnama, geudeu-geudeu kerap dipertandingkan. Pemuda berbadan kekar berbondong-bondong mengikutinya, meski tak ada hadiah selain badan yang lebam. Hadiahnya nyatanya sering tak berwujud, hanya sebuah kebanggaan belaka yang jadi pemuas bagi petarung yang menang. Adu fisik ini hanya sekadar ‘pleh bren’ alias mengendurkan otot-otot yang tegang melalui pertarungan. Kebanggaan lainnya, sering pula dianggap perkasa dan menjadi lirikan ujung mata para gadis kampung.

        Sistem pada permainan geudeu-geudeu, para petarung terlebih dahulu dibagi dalam dua kelompok besar. Petarung pertama tampil ke arena untuk menantang dua petarung lainnya dengan mengkacak-kacak sambil ‘Keutrep Jaroe’ membunyikan jari. Arena biasanya terbuat dari jerami yang berfungsi sebagai matras. Petarung pertama yang menantang dua lawan disebut ureung tueng (penantang). Sedangkan petarung yang ditantang yang berjumlah dua orang tadi, disebut sebagai ureug pok (orang yang menerima tantangan). Ketika diserang, petarung pertama akan memukul dan menghempas dua petarung lain yang menyerangnya. Dan Khusus bagi ureung tueng boleh menggunakan gempalan tangannya untuk memukul dimana saja, kecuali dibawah pusar. Untuk ureung pok mereka hanya boleh membanting dan menghempas sambil mereka berpegangan tangan. jika pegangan tangan ureng pok ini terlepas atau salah satu dari mereka roboh akibat hantaman ureung tueng, maka mereka dianggap kalah.

        Begitu juga dengan ureung tueng, apabila ureung pok sanggup menghempas atau membantingnya maka dia dianggap kalah. Pada babak ke dua, posisi pemain dibalik. Posisi tueng akan beralih ke pok, begitu juga sebaliknya. Hal ini terus berlangsung dalam limit waktu tertentu (ronde) sampai salah satu pihak menang

        Sumber: https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Geudeu-geudeu

        Permainan Tipak Rege

        Bola keranjang atau bahasa Gayo di-sebut dengan tipak rege merupakan sejenis permainan bola yang dibuat dari rotan belah yang dipergunakan pada permainan sepak raga (sepak takraw). Pada bola keran­jang diikat rumbai-rumbai kain yang berwarna merah, putih, dan hitam, sebanyak 15 helai.

        Zaman masa da­hulu, sepak raga merupakan sejenis permainan rakyat. Permainan ini san­gat digemari oleh anak-anak, rem­aja/pemuda maupun orang-orang dewasa. Mereka memanfaatkan waktu-waktu senggangnya dengan permainan ini. Sepak takraw merupakan olahraga yang konon berasal dari zaman Kesultanan Malaka 1402-1511. Sepak takraw memiliki nama lain, sepak raga. Dalam permainan, ada dua tim yang saling berhadapan. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga orang. Dan mereka tak boleh menyentuh bola dengan tangan, hanya menggunakan kaki. Kini, sepak takraw telah memilki asosiasi internasional bernama ISTAF dan terdaftar dalam kategori pertandingan SEA Games serta Asian Games. Lapangan sepak takraw sendiri berukuran dua kali lapangan bulutangkis. Dengan pembatas kedua tim mirip net pada badminton. Yang spesial, olahraga ini menggunakan bola khusus dari rotan.

        Sumber: https://aturanpermainan.blogspot.com/2022/09/cara-bermain-tipak-rege.html