Jika Setan Dibelenggu, Mengapa Maksiat Masih Terjadi?

Sering kali kita mendengar pernyataan, “Di bulan Ramadhan setan dibelenggu, tapi mengapa masih ada maksiat?” Pernyataan ini bukan sekadar asumsi belaka, melainkan berdasarkan kenyataan yang masih dapat kita saksikan. Meskipun bulan Ramadhan dikenal sebagai bulan penuh keberkahan dan ibadah, tetap saja ada orang-orang yang melakukan maksiat. Lalu, apa sebenarnya yang dimaksud dengan “setan dibelenggu di bulan Ramadhan?”

Asal mula pertanyaan ini berakar dari sebuah hadis Nabi Muhammad Saw. yang menjelaskan keistimewaan bulan Ramadhan:

“Apabila bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Hadis ini menunjukkan tiga kondisi utama di bulan Ramadhan: pertama, pintu surga terbuka; kedua, pintu neraka tertutup; dan ketiga, setan-setan dibelenggu.

Secara masuk akal, terbukanya pintu surga dan tertutupnya pintu neraka dapat dipahami dengan mudah. Sebab, di bulan ini umat Islam lebih giat beribadah, baik ibadah wajib seperti puasa maupun ibadah sunnah seperti shalat tarawih. Namun, muncul pertanyaan mengenai makna “setan dibelenggu” karena faktanya, masih ada orang yang bermaksiat. Apakah ini berarti hadis tersebut tidak sesuai dengan kenyataan?

Para ulama ahli hadis sepakat bahwa hadis ini sahih, karena diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dengan standar periwayatan yang ketat. Dalam memahami maknanya, Imam Nawawi menjelaskan bahwa hadis ini bisa ditinjau dari dua sudut pandang: makna hakiki dan makna majazi (kiasan).

Dari perspektif hakiki, Al-Qadhi ‘Iyadh berpendapat bahwa terbukanya pintu surga, tertutupnya pintu neraka, dan terbelenggunya setan adalah tanda datangnya bulan Ramadhan sebagai bulan yang dimuliakan. Pembelengguan setan dimaksudkan agar mereka tidak dapat mengganggu orang-orang beriman. Namun, pendekatan ini masih menyisakan pertanyaan, mengingat maksiat masih tetap terjadi.

Sedangkan dari sudut pandang majazi, Izzuddin bin Abd al-Salam menjelaskan bahwa:

  • Terbukanya pintu surga adalah ungkapan tentang meningkatnya ketaatan, yang menjadikan seseorang lebih dekat dengan surga.
  • Tertutupnya pintu neraka adalah perumpamaan tentang berkurangnya maksiat, yang mengurangi kemungkinan seseorang masuk neraka.
  • Terbelenggunya setan bermakna bahwa godaan setan terhadap orang yang berpuasa berkurang, karena mereka lebih fokus pada ibadah.

Dengan kata lain, godaan setan melemah di bulan Ramadhan, tetapi bukan berarti manusia sepenuhnya bebas dari potensi maksiat. Masih ada faktor lain yang berperan, yaitu nafsu manusia itu sendiri. Orang yang tetap melakukan maksiat di bulan Ramadhan menunjukkan bahwa dorongan buruknya berasal dari dalam dirinya, bukan semata-mata dari godaan setan.

Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur’an:

“Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya. Sungguh beruntunglah orang yang mensucikannya, dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya.” (QS. Asy-Syams: 8-10)

Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa manusia memiliki potensi baik dan buruk dalam dirinya. Jika ia mengendalikan hawa nafsunya, ia akan cenderung kepada kebaikan. Namun, jika nafsunya tidak terkendali, maka ia akan tetap melakukan keburukan, sekalipun tanpa godaan setan. Wallahu a’lam.

Tinggalkan Balasan