6. Arabs: A 3,000-Year History of Peoples, Tribes and Empires ( Tim Mackintosh-Smith, 2019)
Buku 656 halaman ini berisi paparan kaleidoskopik yang mencakup 3.000 tahun sejarah Arab—suku dan masyarakatnya. Alih-alih mendasarkan paparannya dari konteks Islam sebagai agama mayoritas orang Arab, Tim memilih bahasa Arab sebagai pusat pembahasannya, dan karenanya memulai buku ini jauh sebelum kedatangan Islam. Bagi Tim, bahasa Arab adalah kekuatan penting yang menjadi sumber persatuan dan perpecahan bangsa Arab selama ribuan tahun, termasuk Arab setelah “Musim Semi Arab”.
Tim Mackintosh-Smith adalah peneliti pada Royal Asiatic Society of Great Britain and Ireland dan New York University Library of Arabic Literature. Dia penerjemah bahasa Arab dan mendapatkan gelar sarjana bahasa Arab dari Oxford. Dia juga seorang pengelana yang banyak menulis buku perjalanan ke negeri-negeri Arab.
Selama 35 tahun hingga 2019, Tim memilih Yaman sebagai tempat tinggalnya. Empat tahun terakhir dari sembilan tahun proses penulisan buku ini ia habiskan di tengah bombardir bom Arab Saudi atas Yaman. Karena listrik yang mati selama agresi itu, dia memanfaatkan panel listrik bertenaga surya untuk menyelesaikan buku ini.
Buku ini memperoleh banyak ulasan positif, dan pada 2020 masuk ke dalam daftar penerima Ondaatje Prize dari Royal Society of Literature di Inggris. Ulasan positif yang datang dari kalangan sarjana Arab memuji Tim karena buku ini tidak menampilkan pandangan arogan orientalis dan kedalaman pemahaman Tim terhadap pemikiran, jiwa, dan negeri-negeri Arab.
7. Prophet Muhammad: A Young Adult’s Guide to the Early History of Islam (Abu Moosa Reza, 2018)
Buku ini ringkas tapi lengkap. Abu Moosa Reza, penulis Muslim Amerika, mencoba merekam peristiwa-peristiwa menentukan dalam kehidupan Nabi Muhammad: peristiwa-peristiwa yang menginspirasi banyak gerakan intelektual, sosial, dan politik di Asia dan Eropa.
Keistimewaan lain dari buku ini jika dibandingkan dengan buku bertema serupa adalah Abu Moosa menyajikan perspektif mendalam atas sensitivitas, bias, dan aliansi-aliansi pra-Islam yang kemudian berpengaruh terhadap arah perkembangan Islam setelah wafatnya Nabi Muhammad. Bahkan, menurut penulis, sinergi dan konflik hari-hari ini bisa dipahami secara baik dengan melihatnya sebagai kelanjutan dari masa lalu dan bukan semata kejadian terpisah. Dalam buku ini, Abu Moosa mengeksplorasi 500 sumber yang sebagian besar adalah riwayat dari jalur keluarga Nabi.
8. Why Jihad?: Religious Violence in Islamic History, Theology, and Jurisprudence (Howard Shin, 2019)
Banyak orang melihat Islam sebagai paradoks. Kata Islam berakar dari salam, ‘damai’, tetapi lagi dan lagi Islam selalu dilihat sebagai agama yang doyan berkonflik dengan penganut fanatiknya yang bertekad berperang melawan kaum kafir dan bahkan sesama Muslim.
Persoalan tersebut dibahas dalam buku ini. Howard Shin berupaya menunjukkan hubungan antara kelompok militan jihadis dengan Islam melalui kacamata sejarah, teologi, dan fikih, dan bagaimana ideologi kelompok itu telah membentuk dunia Islam yang intoleran dan egaliter.
Howard Shin adalah ahli Islam yang mengajar Islam di Korea. Dia lahir dan dibesarkan di negeri Muslim, dimana dia mempelajari Islam hingga meraih gelar master dalam bidang kajian sejarah dan budaya Islam.
9. The Ideology Behind Islamic Terrorism (Brother Rachid, 2019)
Buku ini merupakan terjemahan dari bahasa Arab berjudul Dā’isy wal Islam min Manzhūr Muslim Sābiq. Penulisnya dikenal dengan nama “Brother Rachid” (Al-Akh Rasyīd), seorang Maroko peraih master di bidang kajian keamanan nasional (politik Timur Tengah) yang mengaku eks-Muslim.
Meskipun penulisnya eks-Muslim, buku ini dinilai tak bias dalam melacak jejak terorisme Islam dan ideologi yang melahirkannya. Dia berupaya menjelaskan kepada pembaca Barat soal jihad, latar belakang kebencian kepada Kristen dan Yahudi, serta aksi-aksi kekerasan yang menjadi trademark teroris Muslim, seperti pemenggalan.
Rachid memiliki pandangan bahwa ISIS sejatinya merepresentasikan ajaran klasik Islam. Sebaliknya, dia justru menolak pernyataan bahwa ISIS mewakili mayoritas Muslim. Seiring perjalanan sejarah, Muslim menghidupkan ajaran Islam secara beragam. Rachid ingin membedakan antara ajaran Islam dan Muslim, dimana dia lebih berpihak kepada Muslim daripada ajaran Islam.
10. Revolutionary Iran: A History of the Islamic Republic (Michael Axworth, 2013)
Buku ini membahas Iran sejak sesaat sebelum Revolusi 1979 hingga musim panas 2009, ketika ratusan ribu warga Iran turun ke jalan-jalan memprotes hasil pemilihan umum. Uniknya, menurut buku ini, gerakan pro-demokrasi di Iran pada 2009 meredup, padahal negara-negara lain di kawasan kemudian mengalami perubahan besar, seperti Tunisia dan Mesir.
Karena itu, Axworth, eks diplomat Inggris di Teheran (1998-2000) dan kemudian pengajar sejarah Timur Tengah di Exeter University, percaya bahwa Revolusi 1979 merupakan kekuatan penting dalam sejarah modern. Revolusi ini tak hanya memicu gelombang semangat kebangkitan Islam di kawasan tapi juga membuat daya tarik Barat meredup di negeri-negeri Muslim. Bagi Axworth, Revolusi Iran menghadirkan model tandingan bagi perubahan yang dipicu oleh ideologi sekuler Barat.
Sumber: https://kutukata.id/2021/01/20/bukupedia/20-buku-sejarah-muslim-terbaik/